Tingkat suku bunga kredit investasi dari keempat
kelompok bank terjadi penurunan dan juga peningkatan yang signifikan. Namun,
jika dilihat secara keseluruhan dari data statistic yang ada, tingkat suku
bunga kredit investasi dalam sepuluh tahun terakhir mengalami penurunan. Tingkat
suku bunga pada tahun 2002 yaitu sekitar 17% sedangkan ditahun 2011 tingkat
suku bunganya hanya sebesar 10%.
Jika dilihat dari masing-masing kelompok bank
ternyata rata-rata tertinggi tingkat suku bunga kredit investasi terjadi pada
kelompok bank BPD (Bank Perkreditan Daerah) yang disusul oleh BUSN (Bank Umum
Swasta Nasional) kemudian BUMN (Bank Umum Milik Negara) dan yang terakhir
rata-rata tingkat suku bunga yang terendah terjadi pada kelompok bank JV (Joint
Venture), seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel
2. Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi
Kelompok
Bank
|
Rata-rata
Kredit Suku Bunga Kredit Investasi
|
BUSN
|
14.74%
|
BUMN
|
14.32%
|
BPD
|
14.80%
|
JV
|
12.87%
|
Terlihat jelas bahwa rata-rata suku bunga kredit investasi
terbesar yaitu sekitar 14.80% dan yang terendah sebesar 12.87%. Data statistic
yang telah tersedia di atas memperlihatkan bahwa terjadi lonjakan yang sangat
signifikan pada tahun 2005 dan 2008. Kenaikan tingkat suku bunganya dapat kita
lihat dari diagram berikut ini :
Dari diagram itu muncul pertanyaan mengapa pada tahun 2005
dan 2008 terjadi kenaikan yang sangat drastis?
Kenaikan drastis tersebut terjadi karena tingkat inflasi yang juga naik secara drastis pada tahun tersebut sehingga mengubah tingkat suku bunga kredit investasi. Kenaikan tingkat suku bunga kredit investasi dikarenakan masih tingginya presepsi perbankan terhadap penyaluran kredit jangka panjang yang dilihat dari pertumbuhan kredit investasi yang rendah. Tercatat pada tahun 2005 terjadi inflasi terbesar semenjak pasca reformasi yaitu sebesar 17.11% dikarenakan kenaikan harga barang kebutuhan meningkat sejalan dengan disusulnya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sedangkan pada tahun 2008 di Indonesia terjadi inflasi yang cukup besar pula yaitu sebesar 6 sampai 6.5% yang juga disebabkan oleh lonjakan harga komoditas pangan.
Tetapi mengapa bank BPD pada tahun tersebut justru stabil menurun?
Hal ini mungkin dikarenakan masih kurangnya keinginan masyarakat daerah untuk meminjam dana investasi jangka panjang di bank. Selain itu, tingkat bankable di daerah masih rendah. Mungkin masyarakat di daerah masih lebih tertarik meminjam di koperasi yang pada dasarnya bersifat kekeluargaan. Dan juga jumlah peminjam di BPD masih sangat sedikit, sehingga tingkat resiko terhadap kredit macet juga kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar